Pengertian ATI
Menurut Cronbach (1996: 249),
mendefinisikan ATI sebagai “…as the study of Aptitude Treatment Interaction
approach (ATI), is the search for treatments that are tailored to individual
differences in aptitudes. That is, treatmments that are optimally effective for
studnts of different aptitude levels”.
ATI Approach sebagai
sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan-perlakuan
(treatments) yang cocok dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa, yaitu
perlakuan (treatment) yang secara optimal efektif diterapkan untuk siswa yang
berbeda tingkat kemampuannya.
Secara subtantif dan teoritik “Aptitud
Treatment Interaction (ATI)” dapat diartikan sebagai suatu konsep/pendekatan
yang memiliki sejumlah strategi pem-belajaran yang efektif digunakan untuk
individu tertentu sesuai dengan kemampuan siswa. Pengertian ini senada dengan
definisi yang dikemukakan Nurdin (2005: 37), yang selanjutnya atas dasar
asumsinya bahwa optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai
melalui penyesuaian antara pembelajaran dengan perbedaan kemampuan siswa.
Kemudian, Al-Qardlawi (1986: 58 dan 164), mengatakan bahwa guru yang
professional adalah yang memberikan ilmu dan memperhatikan kemampuan siswa
sesuai dengan perkembangan mereka dan menurut ukuran yang sesuai, dan bisa
dimanfaatkan sesuai dengan tuntutan zaman yang dihadapi anak didiknya.
Nurdin (2005: 38) menyatakan bahwa secara
statistik dan metodologi, ATI dimaknai sebagai suatu interaksi statistik yang
bersifat multiplikatif (gabungan) dari sekurang-kurangnya satu variabel manusia
(independent) dan satu variabel perlakuan (independent), dalam mempengaruhi
satu variabel hasil belajar (dependent). Dengan pernyataan tersebut
menggambarkan adanya hubungan timbal balik antara hasil belajar yang diperoleh
siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran. Hal ini berarti bahwa prestasi
akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh kondisi
pembelajaran yang dikembangkan guru di kelas, terutama sekali dalam hal
tindakan yang dilakukan guru dalam penerapan model ATI tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
dapat diperoleh beberapa makna esensial dari model pembelajaran ATI, sebagai
berikut:
a. ATI
merupakan suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran
yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan
kemampuannya.
b. Sebagai
sebuah kerangka teoritik ATI berasumsi bahwa optimalisasi prestasi
akademik/hasil belajar akan tercipta apabila perlakuan-perlakuan dalam
pembelajaran disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan siswa.
c. Terdapat
hubungan timbal balik antara prestasi belajar yang dicapai siswa dengan
pengaturan kondisi pembelajaran di kelas atau dengan kata lain, prestasi
belajar yang diperoleh siswa tergantung bagaimana kondisi pembelajran yang
dikembangkan guru di kelas.
Secara hakiki ATI
bertujuan untuk menciptakan dan mengambangkan suatu model pembelajaran yang
betul-betul peduli dan memperhatikan keterkaitan antara kemampuan seseorang
dengan pengalaman belajar atau secara khas dengan metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru.
Prinsip-prinsip Pembelajaran ATI
Agar tingkat keberhasilan (efektivitas)
pengembangan model pembelajaran ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam
pengembangan dan implementasinya perlu diperhatikan dan dihayati beberapa
prinsip model ATI, seperti yang telah dikemukakan oleh Snow dalam Nurdin (2005:
40) sebagai berikut:
- Bahwa interaksi antara kemampuan dan perlakuan pembelajaran berlangsung di dalam pola yang kompleks, dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel-variabel tugas/jabatan dan situasi. Karena itu, dalam mengim-plementasikannya perlu diperhatikan dan diminimalisasikan bia yang diperkirakan mingkin berasal dari variabel-variabel tersebut.
- Bahwa lingkungan pembelajaran yang sangat struktur cocok bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah. Sedangkan lingkungan yang kurang terstruktur lebih pas bagi siswa yang pandai.
- Bahwa bagi siswa yang memiliki rasa percaya diri kurang atau sulit dalam menyesuaikan diri (minder), cenderung belajarnya akan lebih baik bila berada dalam lingkungan yang terstruktur. Sebaliknya bagi siswa yang tidak pencemas atau memiliki rasa percaya diri tinggi, belajarnya akan lebih baik dalam situasi pembelajaran yang agak longgar (fleksibel).
Dari prinsip-prinsip di atas, dapat
dimengerti bahwa dalam mengim-plementasikan model ATI, masalah pengelompokkan
dan pengaturan lingkungan belajar bagi masing-masing karakteristik kemampuan
siswa, merupakan masalah mendasar yang harus mendapat perhatian utama dari
praktisi pendidikan (guru).
Tujuan Pembelajaran ATI
Keberhasilan model pembelajaran ATI
mencapai tujuan dapat dilihat dari sejauh mana terdapat kesesuaian antara
perlakuan-perlakuan yang telah diimple-mentasikan dalam pembelajaran dengan
kemampuan siswa. kesesuaian tersebut akan termanifestasi pada prestasi belajar
yang dicapai siswa. semakin tinggi optimalisasi yang terjadi pada pencapaian
prestasi belajar siswa, maka berarti makin tinggi pula tingkat keberhasilan
(efektivitas) pengembangan model pembelajaran ATI dalam pembelajaran.
Untuk mencapai tujuannya, ATI berupaya
menemukan dan memilih sejumlah strategi, pendekatan, metode/cara, kiat yang
akan dijadikan sebagai perlakuan yang tepat, yaitu perlakuan yang sesuai dengan
perbedaan kemampuan siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan
utama model pembelajaran ATI adalah terciptanya optimalisasi/peningkatan
prestasi belajar, melalui penyesuaian pembelajaran dengan perbedaan kemampuan
siswa.
Langkah-langkah Pembelajaran ATI
Model pembelajaran ATI yang akan dikembangkan
dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits terdiri dari empat tahap langkah sebagai
berikut:
a. Treatment
Awal
Pemberian perlakuan awal terhadap siswa
dengan menggunakan aptitude testing. Perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk
menentukan dan menetapkan klasifikasi kelompok siswa berdasarkan tingkat
kemampuan, dan sekaligus untuk mengetahui potensi kemampuan masing-masing siswa
dalam menghadapi informasi/pengetahuan atau kemampuan-kemampuan baru.
b.
Pengelompokkan siswa
Pengelompokkan siswa yang didasarkan pada
hasil aptitude testing. Siswa di dalam kelas diklasifikasi menjadi tiga
kelompok, yang terdiri dari kelompok siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Atau kelompok cepat, sedang dan lambat.
c. Memberikan
Perlakuan (Treatment)
Kepada tiap-tiap kelompok yang telah
terbentu diberikan perlakuan (treatment) yang dipandang cocok/sesuai dengan
karakteristiknya. Dalam pembelajaran ini, siswa yang berkemampuan “tinggi’
diberikan perlakuan berupa self-learning melalui modul. Siswa yang memiliki
kemampuan “sedang” diberikan pembelajaran secara konvensional atau reguler
teaching. Sedangkan kelompok siswa yang berkemampuan “rendah” diberikan
perlakuan dalam bentuk regular teaching dan tutorial. Tutorial dapat diberikan
oleh guru al-Qur’an Hadits sendiri atau oleh mitra kolaboratif dalam penelitian
ini, yang sebelumnya sudah menerima petunjuk dan bimbingan dari guru.
d. Achievemen
Test
Di akhir setiap pelaksanaan siklus
dilakukan penilaian prestasi belajar setelah diberikan perlakuan-perlakuan
pembelajaran kepada siswa dengan klasifikasi yang telah terbentuk (tingi,
sedang dan rendah), tentunya mengacu pada prosedur tindakan penelitian yang
dirancang sebelumnya.
Kemudian untuk mengetahui seberapa jauh
terjadi peningkatan prestasi belajar atau optimalisasi prestasi belajar melalui
pengembangan pembelajaran model ATI, dilakukan pengukuran melalui prosentase
sebagaimana dijelaskan pada bab selanjutnya dari penelitian ini, sehingga
seberapa jauh peningkatan yang telah dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar